MODEL
PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE 
Menurut
Slavin (2008: 257) metode pembelajaran Think-Pair-Share merupakan metode yang
sederhana tetapi sangat bermanfaat yang dikembangkan oleh Lyman dari
Universitas Maryland. Metode ini menempatkan pendidikan sebagai fasilitator
bukan sebagai pemberi informasi. Pembelajaran Think-Pair-Share termasuk dalam
strategi pembelajaran kooperatif. 
Nurhadi
(2005: 119-120) menjelaskan bahwa Think-Pair-Share menekankan pada struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Struktur
ini menghendaki agar siswa kerja sama, saling melengkapi dan saling bergantung
dalam kelompok kecil secara kooperatif.
Sedangakan
Lie (2008: 56) berpendapat bahwa 
” teknik bertukar pasangan ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan pada mata pelajaran dan untuk sama tingkat usia anak didik”.
” teknik bertukar pasangan ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan pada mata pelajaran dan untuk sama tingkat usia anak didik”.
Berdasar
pendapat beberapa pakar diatas dapat disimpulkan bahwa metode Think-Pair-Share
merupakan metode yang mudah, murah dan sederhana dengan mengelompokkan siswa
secara berpasangan yang dapat meningkatkan interaksi siswa, kemandirian,
tanggung jawab serta keaktifan siswa dalam belajar. Siswa dilatih untuk aktif
dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan berdiskusi dengan teman pasangannya.
A.   
Karakteristik Model
Pembelajaran Think-pair-share
1.     
Langkah-langkah metode
pembelajaran Think-Pair-Share sebagai berikut:
| 
Langkah-langkah | 
Kegiatan Pembelajaran | 
| 
Tahap
  1 
Pendahuluan | 
§  Guru
  menjelaskan  kompetensi yang harus
  dicapai oleh siswa 
§  Guru
  menggali pengetahuan awal siswa melalui demonstrasi. 
§  Guru
  membagi kelompok yang terdiri dari empat orang. 
§  Guru
  menentukan pasangan diskusi siswa. 
§  Guru
  memberikan tugas-tugas berupa soal kepada siswa. | 
| 
Tahap
  2 
Thingking
  (berpikir) | 
§  Siswa
  mengerjakan soal secara individu. | 
| 
Tahap
  3 
Pairing
  (berpasangan) | 
§  Kemudian
  siswa berpasangan dengan salah satu teman dalam kelompok dan berdiskusi
  dengan pasangannya mengenai tugas-tugas yang telah dikerjakan secara
  individu. | 
| 
Tahap
  4 
Shairing
  (berbagi) | 
§  Kedua
  pasangan bertemu dalam satu kelompok untuk berdiskusi mengenai soal-soal yang
  telah dikerjakan. | 
| 
Tahap
  5 
Diskusi
  Kelas | 
§  kelompok
  sukarela tampil didepan kelas untuk mempertasikan tugas-tugas yang telah
  dikerjakan. | 
| 
Tahap
  7 
Penghargaan | 
§  Siswa
  dinilai secara individu dan kelompok. | 
B.    
Kelebihan dan Kekurangan
Model Pembelajaran TPS
1.     
Kelebihan model
pembelajaran TPS :
a)      Meningkatkan
kepekaan dan kesetiakawanan sosial
b)      Siswa
bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma
kelompok
c)      Siswa
aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil
d)     Aktif
berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok
e)      Interaksi
antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat
f)       Menghilangkan
sifat mementingkan diri sendiri atau egois
g)      Meningkatkan
kesedian menggunakan ide orang lain yang dirasa lebih baik
h)      Meningkatkan
motivasi dan hasil belajar
2.     
Kekurangan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS :
a)      Membutuhkan
koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.
b)      Membutuhkan
perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas. Peralihan dari seluruh kelas
ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru
harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah
waktu yang terbuang.
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar